Revitalisasi Stasiun Semarang Tawang, Harus ke Belanda untuk Tahu ...

STASIUN DEMI STASIUN

Perjalanan pati-semarang-surabaya-jember seperti elegi hari itu
Kutinggalkan kenangan tetap abadi didalam rumah tua itu
Kutitipkan segala rindu dibalik bisik dinding setiap ruang dalam rumah itu
Ingat tidak? Pernah ada prahara perkara persoalan yang kita tengkarkan kala itu
Sudah belasan tahun berangsur berlalu dalam ingatan masih teringat selalu
Ketangisi segala kebodohan demi kebodohan yang kuambil pada masa itu
Tahun berapa itu?
Usia berapa itu?
Tepatnya aku samar dengan kejadian malam itu
Yang masih membekas ada sayatan hati yang masih merah menganga hari itu
Apa hari itu sedang turun hujan ?
Tentu tidak..
Lantas?
Ada tangisan yang pecah disudut dalam rumah itu?
Malam itu yang kutahu langit hitam pekat tanpa ada sedikit warna kelabu
Hatiku tidak lagi membiru seperti cerahnya langit di atas kepalaku
Aku berderu air mata menahan semua suara yang semakin menderu mengalahkan langit kelabu
Kalian tahu tidak bagaimana rasanya malam itu? Wajah muram membiru hingga pagi masih mengheningkan hariku
Kuniatkan langkah berdiri, enggan dari sudut rumah itu
Tanpa sengaja aku masih melukai dengan tanpa obat yang menyudahi
Lantas masih layakkah perjalanan yang kumulai hari ini?
Aku sempat ragu dan ingin kembali kerumah itu
Tapi...
Lagi lagi aku bertengkar hebat dengan jiwa ragaku
Raga yang ingin menetap, jiwa yang masih tertinggal membersamai kenangan itu
Boleh tidak jika aku kembali?
Suatu saat nanti dirumah itu.

Jember, April 2020

Awaliani Akmalia

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini