Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020
Gambar
DESEMBER KELABU September Ceria sudah menjadi sebuah judul lagu November Rain sudah menjadi buah karya novel Desember Kelabu? Apakah akan menjadi biografi dari seorang gadis? Gadis kecil yang ayah jaga belasan tahun silam Aku! Sang gadis pemilik Desember Kelabu Aku menolak Aku menginginkan cepat berlalu Kesedihan yang tak kusangka akan menutup 2019 Kenangan yang terbungkus rapi dengan kain kafan putih Terkubur bersama di dalam ruang hampa kosong berwarna coklat Batu nisan saksi bisu betapa rapuhnya Anak gadis ayah yang sedang beranjak dewasa Usap tangis tak sempat aku hitung Aku rela ayah pergi Aku rela ayah tersenyum Aku rela ayah pamit Aku! Anak gadis ayah, yang masih rindu... Rindu kenangan yang akan membersamai sepulangnya aku ke Tanah Rantau. Selamat Jalan Ayah... Ayahku Sayang! Aku sayang ayah  💕 Jember, April 2020 Awaliani Akmalia
Gambar
STASIUN DEMI STASIUN Perjalanan pati-semarang-surabaya-jember seperti elegi hari itu Kutinggalkan kenangan tetap abadi didalam rumah tua itu Kutitipkan segala rindu dibalik bisik dinding setiap ruang dalam rumah itu Ingat tidak? Pernah ada prahara perkara persoalan yang kita tengkarkan kala itu Sudah belasan tahun berangsur berlalu dalam ingatan masih teringat selalu Ketangisi segala kebodohan demi kebodohan yang kuambil pada masa itu Tahun berapa itu? Usia berapa itu? Tepatnya aku samar dengan kejadian malam itu Yang masih membekas ada sayatan hati yang masih merah menganga hari itu Apa hari itu sedang turun hujan ? Tentu tidak.. Lantas? Ada tangisan yang pecah disudut dalam rumah itu? Malam itu yang kutahu langit hitam pekat tanpa ada sedikit warna kelabu Hatiku tidak lagi membiru seperti cerahnya langit di atas kepalaku Aku berderu air mata menahan semua suara yang semakin menderu mengalahkan langit kelabu Kalian tahu tidak bagaimana rasany
Gambar
ELEGI PAGI Suara burung menyapa pagi Alarm ku telah berbunyi Tak terasa pukul 4 pagi Hatiku berdebar tiada henti Kakiku tak sempat memijak lantai kereta api Seruan itu... Setelah sesaat menghela nafas hingga lelah menghampiri Puluhan detik terlewat tak terasa sudah berhenti pada pagi yang tak ingin ku temui Lagi-lagi? Apa ini hanya mimpi? Jika ia benar mimpi, aku tidak ingin tertidur lagi Aku ingin bangun dan menghentikan mimpi Sejenak aku menguatkan diri Memaksa memijakkan kaki, langkah demi langkah Sekuat tenaga memaksa memasuki Sayangnya, aku lagi-lagi.. Berhenti dan tetap mengais buih air mata hingga kuhabiskan satu kotak tisu berwarna abu Kususuri lorong untuk bergegas bangun dari mimpi Lagi dan lagi aku terjebak diantara mimpi dan halusinasi Intuisiku enggan untuk percaya Bahwa ini, sudah aku temui Keranda hijau yang melintas didepan mataku Ayah, apakah secepat ini engkau pergi? Pagi ini, pagi esok, pagi nanti Kita tidak bi